[ad_1]
Di saat perang antara Israel dan Hamas memasuki hari kelima, banyak umat Yahudi di seluruh dunia menghadapi ancaman yang sudah tidak asing lagi: meningkatnya aksi antisemitisme.
Dari New York hingga London, dari St. Louis hingga Sydney, komunitas Yahudi bergelut dengan kebencian dan kefanatikan yang sering berkobar setiap kali pertikaian di Timur Tengah meletus.
“Ini adalah fakta yang menyedihkan bahwa setiap kali konflik muncul antara Israel dan Palestina, orang-orang Yahudi di seluruh belahan dunia akan mengalami kekerasan karena kebencian dalam tingkat tertentu,” kata Heidi Beirich, salah seorang pendiri Proyek Dunia Melawan Kebencian dan Ekstremisme.
Israel terjerumus ke dalam mimpi buruk berdarah pada hari Sabtu (7/10), ketika militan Hamas melancarkan serangan mendadak, menewaskan sedikitnya 1.000 warga Israel, melukai lebih dari 2.000 orang dan menyandera sekitar 150 orang.
Brian Levin, seorang peneliti ekstremisme terkemuka dan profesor kehormatan di California State University, San Bernardino, mengatakan pembantaian terhadap orang-orang Yahudi pada akhir pekan tersebut merupakan “yang terburuk sejak Holocaust.”
Presiden AS Joe Biden mengutuk serangan itu sebagai “tindakan yang sangat jahat.”
Serangan udara balasan Israel terhadap sejumlah target di Gaza juga sama mematikannya, menewaskan sedikitnya 1.100 warga Palestina dan menyebabkan lebih dari 5.000 lainnya terluka, menurut Kementerian Kesehatan Gaza.
Meskipun serangan brutal Hamas telah membangkitkan simpati terhadap Israel, serangan balasan Israel juga memicu lonjakan ancaman yang beredar secara online dan intimidasi terhadap sejumlah institusi Yahudi, serta munculnya simbol-simbol antisemitisme secara terang-terangan.
Ancaman anti-Yahudi di Telegram, sebuah platform yang populer di kalangan militan ISIS dan supremasi kulit putih, melonjak sebesar 488% dalam 18 jam pertama tanggal 7 Oktober, menurut Liga Anti-Pencemaran Nama Baik, kelompok hak-hak sipil Yahudi tertua di Amerika.
Sejumlah insiden antisemitisme muncul dilaporkan terjadi secara sporadis di sejumlah tempat. Di Salt Lake City, Utah, sebuah sinagoge terpaksa dikosongkan setelah muncul ancaman bom. Polisi tengah menginvestigasi ancaman yang muncul terhadap sejumlah sinagoge di AS.
Di St. Louis, Missouri, simbol swastika muncul di sisi sebuah badan truk. Polisi mengatakan mereka menginvestigasi kejadian tersebut sebagai aksi vandalisme yang berbau antisemitisme.
Di London, sebuah restoran kosher mengalami serangan vandalisme. Wali Kota London Sadiq Khan mengatakan, “Tidak ada toleransi untuk kebencian.” [ps/lt/rs]
[ad_2]