[ad_1]
Dunia konservasi kembali mendapat kabar gembira usai satu individu baru badak Jawa (Rhinoceros sondaicus) terekam kamera jebak di kawasan Semenanjung Ujung Kulon, Kamis (4/4). Kepala Taman Nasional Ujung Kulon, Ardi Andono, mengatakan anak badak Jawa yang terekam kamera jebak itu merupakan individu baru.
“Kami mendapatkan video terbaru hasil dari kamera jebak yang kami pasang pada Februari 2024. Video ini terlihat anak badak Jawa bersama induknya sedang berjalan. Namun kami hanya mendapatkan satu rekaman saja,” katanya kepada Seleb.News, Sabtu (6/4).
Namun belum diketahui pasti jenis kelamin anak badak Jawa yang diperkirakan masih berusia 3–5 bulan itu. Jenis kelamin belum teridentifikasi karena posisi badan bagian belakang anak badak Jawa itu tidak berada tepat di depan kamera jebak. Kini, satu individu baru satwa endemik Pulau Jawa tersebut untuk sementara diberi identitas ID.093.2024.
“Kenapa ini bisa kami identifikasi individu baru? Bentuknya yang masih kecil, jadi kami menganggap ini baru tiga bulan. Kami menganggap ini adalah yang terkecil yang pernah kami tangkap di kamera jebak. Jadi kami bisa mengasumsikan ini individu baru,” ujar Ardi.
Ardi menjelaskan ditemukannya satu individu baru dari badak Jawa itu menandakan kawasan Taman Nasional Ujung Kulon masih terjaga dengan baik. Pada 2024, pihak taman nasonal menggunakan metode baru terkait pengamanan terhadap kawasan konservasi itu.
“Metode baru untuk pengamanan yaitu full protection system, di mana seluruh semenanjung Ujung Kulon tidak boleh orang masuk. Kami juga menggunakan metode baru untuk pemasangan kamera jebak, yaitu keseluruhannya dipasang kembali dengan tidak menggunakan data yang lama. Sehingga kami mengulang lagi dari nol, dengan seperti itu diharapkan kami bisa scanning seluruh wilayah Taman Nasional Ujung Kulon,” jelasnya.
Direktur Jenderal Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekositem (KSDAE), Satyawan Pudyatmoko, mengatakan anak badak Jawa itu berasal dari indukan yang telah diidentifikasi dengan memiliki cula batok yang terlihat cukup jelas. Namun bagian kepala induk badak Jawa itu tidak terlihat jelas sehingga ciri-ciri yang ada pada wajah tak teridentifikasi.
“Meski begitu belum teridentifikasi dengan jelas nama dan identitas induk badak karena posisinya yang terlalu dekat dengan kamera jebak,” kata Satyawan melalui keterangan resmi tertulisnya.
Kendati badak Jawa dapat berkembang biak. Bukan berarti habitat dan individu satwa dilindungi itu aman dari berbagai gangguan seperti aktivitas perburuan, predator, penyakit, potensi inbreeding depression, dan bencana alam. Beragam gangguan itu masih mengancam keberadaan dan kelestarian badak Jawa.
“Untuk itu kami dan semua pihak yang membantu dalam upaya pelestarian badak Jawa tidak boleh lengah dan selalu mengantisipasi terhadap setiap ancaman yang mungkin akan terjadi,” tandas Satyawan.
Satu individu anak badak Jawa tersebut merupakan temuan susulan di kawasan Taman Nasional Ujung Kulon. Pada 2022 dan 2023, dua individu baru anak badak Jawa terekam kamera jebak di Taman Nasional Ujung Kulon. Keduanya merupakan betina yang diberi indentitas ID.091.2022 dan ID.092.2023. Kini, jumlah badak Jawa di Taman Nasional Ujung Kulon diperkirakan mencapai 82 individu.
Badak Jawa adalah jenis satwa langka yang masuk ke dalam 25 spesies prioritas utama konservasi Indonesia. Uni Internasional untuk Konservasi Alam (International Union for Conservation of Nature/IUCN) memasukkan spesies badak Jawa ke dalam status yang berisiko tinggi terancam punah di alam liar. [aa/ah]
[ad_2]