[ad_1]
Rompi tersebut hanya membutuhkan waktu beberapa menit untuk dipasang dan memberikan diagnosis terperinci tentang aktivitas listrik jantung. Teknologi ini telah berhasil diujicobakan pada sekitar 800 orang dan hasilnya sangat positif sehingga sedang dipersiapkan untuk penerapan yang lebih luas.
Salah seorang peneliti, Dokter Gaby Captur dari Institut Ilmu Kardiovaskular UCL dan Rumah Sakit Royal Free, menjelaskan alat yang disebut rompi pencitraan elektrokardiografi atau rompi ECGI itu.
“Sebagian besar kejadian gagal jantung disebabkan oleh ritme jantung yang tiba-tiba di luar kebiasaan dan berbahaya. Dan serangan jantung bisa terjadi tidak hanya pada mereka yang memiliki penyakit jantung, namun juga pada mereka yang jantungnya tampak normal. Teknologi ini memungkinkan kita mengumpulkan informasi kelistrikan jantung secara rinci dan memetakannya ke dalam struktur dan fungsinya secara aman. Biaya operasinya cukup rendah dibandingkan dengan teknologi pesaing lainnya.”
Rendahnya biaya operasi ini dikarenakan rompi ECGI dapat digunakan kembali. Rompi ini menggunakan teknologi elektroda kering, bukan elektroda basah yang diaplikasikan pada pemeriksaan EKG tradisional sehingga mudah dibersihkan dan dimanfaatkan ulang.
Menurut para peneliti, stratifikasi risiko yang lebih baik akan membantu dokter mengidentifikasi orang-orang yang membutuhkan implan cardioverter defibrillator (ICD), alat yang memantau ritme jantung dan mengembalikan ritme jantung ke ritme normal jika diperlukan.
Perangkat ICD dapat menyelamatkan nyawa namun juga membawa risiko infeksi dan dapat menimbulkan persoalan jika memberikan kejutan yang tidak diperlukan.
Dokter Matthew Webber adalah kardiolog di Barts Heart Centre di London, salah satu rumah sakit jantung terbesar di Eropa. Webber juga ikut mengembangkan rompi ECGI dengan Captur.
Ia membandingkan rompi baru ini dengan pemeriksaan EKG tradisional. Menurutnya EKG tradisional dapat menyebabkan ketidaknyamanan dan menghasilkan lebih banyak limbah.
“Salah satu masalahnya adalah elektroda gel sangat tidak nyaman bagi pasien dan bisa menyebabkan iritasi kulit. Elektroda gel ini hanya bisa digunakan satu kali, setelah itu dibuang, sedangkan rompi ECGI yang kami kembangkan menggunakan elektroda kering, jadi tidak perlu menggunakan gel. Jadi ini jauh lebih nyaman bagi pasien. Tidak ada iritasi atau rasa tidak nyaman pada kulit,” jelasnya.
Rompi tersebut saat ini digunakan untuk memetakan jantung orang-orang dengan penyakit seperti kardiomiopati hipertrofik dan kardiomiopati dilatasi. UCL kini telah mematenkan rompi ECGI di AS dan sedang mencari cara untuk memproduksi rompi tersebut secara lebih luas. [ab/uh]
[ad_2]