[ad_1]
Bagaimana jika suara bising lalu lintas bisa diubah menjadi bahan bakar berkelanjutan?
Itulah ide di balik AlgaeWave. Teknologi baru itu memanfaatkan kebisingan lalu lintas untuk mendongkrak pertumbuhan mikroalga yang pada gilirannya bisa digunakan untuk membuat biokimia berkelanjutan, termasuk biofuel.
Lalu, bagaimana cara kerja teknologi baru tersebut?
Satu tim peneliti dari Royal College of Art dan University College London mengatakan bahwa AlgaeWave mampu mengubah pita lebar kebisingan menjadi frekuensi-frekuensi tertentu yang kondusif bagi pertumbuhan mikro-alga.
“Kita dapat mendengar suara karena suara menggetarkan partikel mikro di udara dan menciptakan gelombang mekanis yang juga menciptakan tekanan mekanis. Mikro-alga itu akan menyerap semua ini; dan kemudian dengan tekanan mekanis, itu akan semakin meningkatkan pertumbuhan sel dan kemudian meningkatkan biomassa mikroalga dan produksi biofuel,” ujar Bingqin Yang, mahasiswi Teknik Desain Inovasi.
AlgaeWave tidak hanya menyerap suara. Ia juga menyerap karbon dioksida, partikel-partikel mikro, dan cahaya matahari. Ini menciptakan lingkungan yang ideal untuk budidaya alga.
Pada saat yang sama, alga menyaring karbon dioksida dan mengubahnya menjadi oksigen, sehingga berkontribusi terhadap pemurnian udara di lingkungan perkotaan.
Sistem ini dimaksudkan untuk ditempatkan di sepanjang sisi jalan yang sibuk.
Desainnya yang modular dan heksagonal memungkinkannya ditumpuk untuk menciptakan penghalang suara yang berfungsi ganda sebagai peternakan alga.
“AlgaeWave adalah sesuatu yang sangat kami banggakan karena saya akan menggambarkannya sebagai sesuatu yang revolusioner, mengubah kebisingan menjadi sesuatu yang benar-benar berguna, untuk meningkatkan produksi biomassa mikroalga,” tukas Bingqin Yang. [ka/lt]
[ad_2]