[ad_1]
Ratusan muslim di Sarajevo beriringan menaiki perbukitan kecil, yang mereka sebut sebagai Zuta Tabija, atau Benteng Kuning. Anak-anak membawa balon warna-warni dengan penuh kegembiraan menyambut datangnya bulan Ramadan.
Menjelang senja, pemerintah kota Sarajevo bersama warga akan bersama-sama membunyikan meriam yang tersimpan di benteng ini, yang merupakan tradisi bagi warga setempat.
Walikota Sarajevo, Benjamina Karic berharap, Ramadan berisi cinta dan solidaritas.
“Bagi saya, sebagai walikota Sarajevo, bulan Ramadan adalah waktu ketika Sarajevo penuh wangi cinta dan solidaritas. Bulan yang merangkul tradisi indah kami yang diwariskan oleh generasi yang telah mendahului kami,” ujarnya.
Awal bulan Ramadan secara resmi ditandai dengan bunyi meriam di Benteng Kuning ini. Setelah itu, selama satu bulan penuh, meriam yang sama akan dibunyikan menjelang senja, sebagai penanda berakhirnya puasa pada hari itu, atau datangnya waktu berbuka.
Benteng Kuning adalah benteng meriam di pintu masuk kota yang dikelilingi tembok benteng. Dibangun antara tahun 1727 dan 1739, benteng tersebut berperan sebagai titik pertahanan, ketika pasukan Austria-Hongaria menyerang wilayah itu pada 1878. Setelah mengalami berbagai kerusakan, benteng ini direnovasi karena nilai penting sejarahnya, dan proses itu selesai pada 1998
Harapan untuk Ramadan juga disampaikan Edina Khashouf Covic, warga Sarajevo.
“Bagi saya, Ramadan adalah titik yang menandai akhir dari segala hal yang negatif, dan awal dari semua hal yang positif, insyaAllah,” kata dia.
Bosnia memiliki populasi sekitar 3,2 juta orang, dan separuhnya adalah muslim.
Pada Senin, muslim di Kosovo juga mulai memasuki bulan Ramadan. Seperti juga Bosnia, negara ini pernah dilanda konflik di masa lalu. Ramadan selalu membawa harapan perdamaian bagi warganya, seperti disampaikan Lorik Kenduesi, warga di ibukota Kosovo, Pristina.
“Saya mendoakan seluruh muslim di bulan akbar Ramadan ini. Saya mengharapkan perdamaian, kesejahteraan, solidaritas dan semua yang terbaik,” papar dia.
Mufti atau pemimpin agama terkemuka di Kosovo, Naik Ternava menyebut pentingnya Ramadan dan perdamaian bagi negeri yang pernah terkoyak konflik ini.
“Kami berdoa agar Yang Maha Kuasa akan menerima ibadah puasa dan sholat kami, menganugerahkan kepada negeri kami, bangsa kami, dan agama kami, keamanan dan stabilitas. Kami berdoa bahwa konflik, perang dan pertumpahan darah diantara orang-orang, terlepas dari ras, warna, agama atau kebangsaan, akan berakhir,” kata dia.
Kosovo memiliki populasi sekitar 1,8 juta orang dengan 95 persennya adalah muslim. [ns/ab]
[ad_2]