[ad_1]
Teknologi kecerdasan buatan atau AI kini semakin berkembang. Bahkan sudah merambah dunia industri musik. Banyak pro dan kontra di kalangan musisi terkait penerapan AI, namun sejumlah pakar menganggap hal itu tidak dapat dielakkan, tetapi perlu ada regulasi ketat dalam penggunaannya.
Penggunaan kecerdasan buatan untuk membuat musik adalah sebuah topik yang memunculkan perdebatan di dunia industri musik.
Berkat perkembangan teknologi terbaru, AI Generatif bisa memproduksi suara yang orisinal, lirik atau bahkan sebuah lagu secara utuh dengan sendirinya.
Robot sekarang membuat musik menyerupai artis pop digital, sementara artis yang sudah ada sering kali menggunakan AI untuk meningkatkan kualitas suara mereka.
Seiring teknologi yang terus berkembang, apakah kecerdasan buatan akan menjadi pertanda matinya musik orisinal, ataukah menjadi babak baru era kreativitas?
Berbicara kepada Reuters, musisi rock YUNGBLUD meyakini AI bisa menjadi sebuah alat untuk musiknya.
“Saya kira AI dapat memberi saya inspirasi atau gagasan baru. Saya rasa ini tidak menggantikan live music. Itulah cara saya memandangnya,” ujarnya.
Sementara musisi lain seperti musisi rock alternatif Nova Twins, tidak setuju dengan kehadiran AI di dunia musik.
“Saya tidak suka ini. Kami tidak suka. Saya rasa jika Anda perlu AI untuk membuat lagu, khususnya agar hasilnya disukai, itu tidak bagus.”
Baru-baru ini AI berhasil membawa kembali The Beatles, menampilkan suara John Lennon yang diekstrapolasi dengan AI dari sebuah rekaman lama.
Industri raksasa musik Warner Music juga telah menandatangani kesepakatan untuk membuat kembali suara penyanyi Prancis lama Edith Piaf.
Sementara label rekaman dan perusahaan streaming bekerja sama untuk memasarkan teknologi itu, banyak pakar menyatakan bahwa AI memunculkan kekhawatiran legal atau etik, khususnya ketika aturan AI Generatif masih dalam tahapan awal.
Direktur Kebijakan Publik Global Internasional Federation of the Phonographic Industry, Abbas Lightwalla, menjabarkan persoalan itu.
“Masalah yang kita hadapi saat ini adalah banyaknya pengembang AI yang telah melatih model AI dengan karya yang memiliki hak cipta dalam jumlah besar tanpa benar-benar mendapat otorisasi untuk melakukannya, dan kemudian menggunakan AI itu untuk menghasilkan konten baru yang sebenarnya bersaing dengan karya-karya yang telah mereka salahgunakan.”
Lantas bagaimana masa depan AI terlihat untuk industri musik?
Dr. Mathieu Barthet, dosen senior media digital di Queen Mary University mengatakan bahwa AI akan memiliki porsinya tersendiri di dunia musik.
“Saya rasa AI bisa mendapat tempat dalam rantai produksi musik, sekali lagi, jika dipandu dengan cara yang benar, dan jika kita memastikan bahwa para musisi tetap memegang kendali, begitu juga dengan para artis.”
Penggunaan teknologi dalam dunia musik bukan lah hal yang baru. Musisi di berbagai belahan dunia telah menggunakan teknologi untuk menghidupkan karya musiknya sejak tahun 1950an.
Kehadiran AI dinilai akan menambah kualitas musik dan mengembangkan kreativitas para musisi, meski kekhawatiran akan legalitas dan orisinalitas masih menjadi perhatian utama – setidaknya hingga regulasi penggunaan AI Generatif lebih jelas dan terlaksana. [ti/jm]
[ad_2]