Longgar soal Konten Manipulasi terkait Pemilu, Induk Perusahaan Facebook Dikritik

Avatar photo

- Pewarta

Selasa, 6 Februari 2024 - 08:51 WIB

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Longgar soal Konten Manipulasi terkait Pemilu, Induk Perusahaan Facebook Dikritik

[ad_1]

Dewan Pengawas mengkritik kebijakan induk perusahaan Facebook, Meta, mengenai konten hasil manipulasi, yang mereka sebut “tidak koheren” dan tidak memadai untuk mengatasi gelombang disinformasi online yang sudah mulai menyasar pemilihan umum di banyak negara tahun ini.

Dewan kuasi-independen itu pada Senin (5/2) mengatakan bahwa hasil peninjauan mereka terhadap sebuah video Presiden AS Joe Biden hasil manipulasi yang beredar di Facebook mengungkap celah pada kebijakan Meta. Dewan itu mengatakan, Meta harus memperluas kebijakannya agar tidak hanya berfokus pada video yang dibuat dengan kecerdasan buatan (AI), tetapi juga jenis media lain terlepas dari cara konten tersebut dibuat, termasuk rekaman audio palsu, yang telah dengan meyakinkan meniru suara para kandidat politik di AS dan negara lain.

Dewan itu juga ingin Meta menjelaskan dampak buruk yang ingin dicegahnya dan harus memberi label ‘hasil manipulasi’ pada gambar, video dan klip audio yang dibuat demikian, alih-alih menghapus postingan terkait.

Masukan dewan pengawas Meta mencerminkan pengawasan ketat yang dihadapi banyak perusahaan teknologi atas cara mereka mengatasi kebohongan pemilu ketika lebih dari 50 negara sedang menyelenggarakan pemilihan umum tahun ini. Seiring maraknya konten tiruan dalam (deepfake) maupun tiruan berkualitas rendah (“cheap fakes”) di media sosial yang berisiko menyesatkan pemilih, platform-platform media sosial berusaha mengejar ketertinggalan dan merespons konten-konten palsu itu sambil melindungi hak kebebasan berpendapat penggunanya.

“Saat ini, kebijakan tersebut tidak masuk akal,” kata salah seorang ketua Dewan Pengawas Michael McConnel mengenai kebijakan Meta, dalam sebuah pernyataan, Senin. Ia mengatakan, perusahaan itu harus menutup celah kebijakan sambil memastikan pendapat politik tetap “terlindungi sepenuhnya.”

Meta mengatakan sedang meninjau panduan Dewan Pengawas dan akan menanggapi secara terbuka rekomendasi mereka dalam 60 hari ke depan.

Juru bicara Meta Corey Chambliss mengatakan, meski deepfake audio tidak disebutkan dalam kebijakan perusahaan mengenai media hasil manipulasi, kebenaran konten tersebut dapat diperiksa dan akan diberi label atau diturunkan peringkatnya jika dinyatakan palsu atau hasil manipulasi oleh para pemeriksa fakta. Meta juga menindak jenis konten yang melanggar Standar Komunitas Facebook, katanya.

Facebook, yang berulang tahun ke-20 pekan ini, masih menjadi situs media sosial paling populer di kalangan warga Amerika untuk mendapatkan berita, menurut jajak pendapat Pew. Namun, situs media sosial lain, termasuk Instagram, WhatsApp dan Threads milik Meta, serta X, YouTube dan TikTok, juga berpotensi menjadi sarang penyebaran konten palsu yang dapat menyesatkan pemilih.

Meta membentuk dewan pengawasnya pada 2020 untuk menjadi wasit bagi konten-konten di platformnya.

Meta wajib mematuhi keputusan Dewan Pengawas pada konten-konten tertentu, tetapi tidak wajib patuh pada rekomendasi dewan yang lebih luas cakupannya. Meski demikian, dalam beberapa tahun terakhir, dewan tersebut telah berhasil membuat Meta mengubah beberapa kebijakannya. Salah satunya membuat isi pesan yang dikirimkan kepada pengguna yang melanggar kebijakan Facebook mengandung rincian yang lebih detail untuk menjelaskan kepada mereka kesalahan yang diperbuat. [rd/ka]

[ad_2]

Berita Terkait

Taufiq Hermawan alias Altaf Vicko Jadi Tersangka, Selebgram Shahnaz Anindya Alami KDRT Psikis dari Suaminya
Kasus Siskaeee Dkk, Polda Metro Limpahkan Berkas 12 Orang Tersangka Produksi Film Porno ke Kejati DKI
Paus akan ke Indonesia, Singapura, Timor-Leste, Papua Nugini pada 2-13 September
Lindungi Remaja dan Lawan “Sextortion,” Instagram Buat Fitur Baru yang Kaburkan Konten “Telanjang”
Wadah Makanan Ramah Lingkungan Bantu Tekan Polusi Plastik
Gereja Katolik Portugal Setujui Kompensasi Korban Pelecehan Seksual
Protes di Swedia pasca Penembakan oleh Geng Remaja
Hidangan Lebaran di Turki yang Ramah Diabetes

Berita Terkait

Rabu, 18 September 2024 - 15:43 WIB

Polisi Panggil Artis Nikita Mirzani Sebagai Pelapor dalam Kasus Dugaan Percabulan dan Aborsi Putrinya

Senin, 9 September 2024 - 00:19 WIB

Penampilan Spesial Yura Yunita dan Siti Nurhaliza Siap Hiasi Konser John Legend 6 Oktober Mendatang!

Sabtu, 7 September 2024 - 03:45 WIB

Konser John Legend di Sentul: Semua yang Perlu Kamu Ketahui Tentang Harga Tiket, Penjualan, dan Kategori Kursi

Selasa, 27 Agustus 2024 - 12:55 WIB

BNSP dan LSP Musik Indonesia Sertifikasi 37 Musisi, Termasuk Komponis dan Penyanyi Terkenal, dalam Acara Sertifikasikan Profesimu 2024

Minggu, 25 Agustus 2024 - 20:34 WIB

Bandung Siap Bergoyang di Now Playing Festival 2024: Hindia, Nadin Amizah, dan NDX AKA Meriahkan Panggung

Kamis, 15 Agustus 2024 - 15:30 WIB

Stasiun Televisi Swasta Metro TV Minta Maaf Usai Sebut Medali Perunggu Gregoria Mariska Sebagai Medali Giveaway

Selasa, 13 Agustus 2024 - 13:57 WIB

Kasus Penyebaran Video Syur Audrey Davis, Penyidik Temukan 5 Buah Video AP Saat Berhubungan Intim

Selasa, 16 Juli 2024 - 08:07 WIB

Polda Metro Jaya Selidiki Pelaku Penyebaran Video Syur Putri Vokalis David Naif, Audrey Davis

Berita Terbaru