[ad_1]
University of the People, sebuah universitas daring tanpa biaya, didirikan pada 2009 dan terakreditasi pada 2014. Tujuan utama dari lembaga nirlaba AS yang mendirikannya, adalah menjadikan pendidikan mudah dijangkau bagi sekitar 140 ribu mahasiswa dari 200 negara.
Kateryna Glubochenko berasal dari Mykolaiv, Ukraina. Ketika Rusia menginvasi negaranya, dia hanya tiga bulan dari waktu kelulusan sebagai sarjana.
“Semua orang mulai meninggalkan kota dalam kepanikan. Bisnis tutup dan semua hal pada prinsipnya, berhenti,” kata dia.
Namun Glubochenko tidak menyerah untuk pendidikannya. Dia bekerja keras demi gelar dan akhirnya bisa lulus, kadang-kadang harus belajar di tempat perlindungan dari bom. “Ini benar-benar bencana total, kecuali bagi UoPeople. Saya masih menjalaninya,” tambah dia.
University of the People, atau UoPeople, menyebut diri sebagai universitas daring nirlaba pertama yang terakreditasi di Amerika Serikat dan tanpa memungut biaya. Meski begitu, universitas ini sebenarnya tidak benar-benar gratis. Mahasiswa masih harus membayar antara 140-400 dolar AS untuk setiap kelas yang mereka ambil. Mahasiswa secara penuh akan membayar sekitar 5 ribu dolar AS untuk meraih gelar sarjana, dan kurang dari jumlah itu untuk beberapa program master di universitas tersebut.
Sebagai tambahan, universitas menawarkan sistem beasiswa bagi mereka yang tidak dapat membayar sepeserpun. Jika seorang mahasiswa masuk kualifikasi, dan sekitar 50 persennya sebenarnya ada di kelompok ini, gelar bisa mereka raih tanpa biaya.
Menurut bestColleges.com, pada 2022, rata-rata biaya kuliah kuliah yang harus dibayarkan untuk program empat tahun di universitas negeri di AS, adalah sekitar 9.600 dolar AS per tahun.
UoPeople didirikan di San Francisco pada 2009 oleh pebisnis dan pengusaha Amerika-Israel, Shai Reshef, yang mengatakan bahwa universitas tersebut menerima mahasiswa dari seluruh dunia.
“Di Amerika Serikat, kami memiliki mahasiswa yang juga tunawisma, mahasiswa yang tidak punya dokumen resmi, dan juga mahasiswa yang merupakan ibu rumah tangga. Tetapi kami juga memiliki mahasiswa yang datang dari latar belakang kehidupan yang keras,” kata Reshef.
Pengungsi dari Afghanistan, Khadija Amini adalah mahasiswa UoPeople yang tinggal di Albania, sambil menunggu visa AS. Orang tuanya bekerja di pemerintahan Afghanistan, tetapi setelah Taliban mengambil alih kekuasaan, mereka melarikan diri. UoPeople memberi Amini tidak hanya kesempatan untuk pendidikan yang tidak akan mungkin diberikan Taliban, tetapi juga lebih banyak dari itu.
Dia mengatakan kepada para teman dan anak didiknya tentang UoPeople.
“Banyak gadis Afghanistan lain yang ingin belajar. Saya mulai mengajar mereka secara daring dari rumah sebagai relawan, dan juga saya mulai mengajari mereka bagaimaan cara menemukan bahan-bahan belajar yang layak,” kata Amini.
Saat ini, sekitar 140 ribu mahasiswa dari 200 negara berkuliah di UoPeople. Stafnya, yang berjumlah sekitar 26 ribu, semuanya adalah relawan, dan universitas menyediakan gelar sarjana dalam ilmu administrasi bisnis, teknologi informasi, ilmu kesehatan dan banyak yang lain.
“Saya percaya bahwa pendidikan adalah hak dasar, dan setiap orang di dunia ini seharusnya layak menerima kesempatan itu. Dan itulah yang sebenarnya kami lakukan. Kami mengembangkan model pendidikan tinggi untuk menunjukkan bahwa pendidikan tinggi itu dapat diakses dan terjangkau bagi semua,” ujar Shai Reshef.
UoPeople bekerja sama dengan sejumlah lembaga ternama di dunia dalam bidang pendidikan tinggi, termasuk Universitas Edinburgh dan McGill. Lembaga ini juga menerima dukungan dari bantuan dana dari lembaga nirlaba, seperti Bill and Melinda Gates Foundation dan perusahaan raksasa teknologi seperti Google dan Intel. [ns/lj]
[ad_2]