[ad_1]
Kota New York kaya akan keanekaragaman budaya dari seluruh dunia. Dari sekitar delapan juta penduduk New York, 37%-nya berasal dari negara lain, sebagian besar keturunan Afrika, Hispanik dan Asia. Budaya Indonesia, khususnya masakan Indonesia telah banyak dikenal oleh warga kota New York. Beberapa festival digelar di kota itu dua pekan lalu.
Semakin sering Indonesia mengadakan festival di kota New York. Dari New York-Indonesia Fashion Week, hingga bazar makanan ikut digelar di kota yang dikenal dengan sebutan Big Apple itu.
KJRI New York belum lama ini mengadakan festival jalanan, Indonesian Street Festival atau ISF di depan gedung Konsulat Jendral RI, seperti dijelaskan oleh Konsul Jendral RI di New York, Winanto Adi.
“Gagasan ISF ini semula digagas oleh KJRI New York pada tahun 2015. Pada waktu itu ada masukan dari diaspora Indonesia, terkait HUT ke-70 kemerdekaan RI. Gagasannya antara Pasar Rakyat atau membuat street festival, lokasinya di depan gedung KJRI New York.”
Menurut Winanto, ada sekitar 20 ribu warga Indonesia tinggal di New York dengan berbagai profesi, salah satunya pemilik restoran masakan Indonesia ataupun non makanan Indonesia. Adapula warga yang bergerak di bidang kuliner, seperti bisnis katering makanan Indonesia.
“Terdapat 13 vendor kuliner, ada vendor non kuliner, ada booth dari sponsor dan organisasi masyarakat, termasuk PPLN (Panitia Pemilihan Luar Negeri) untuk sosialisasi pemilu tahun depan.”
Pada acara festival jalanan ini, hampir semua diaspora Indonesia telah memiliki lisensi menjual makanan. Warga AS yang beragam juga menyukai makanan Indonesia.
Fefe Anggono, salah seorang diaspora Indonesia yang sudah 25 tahun tinggal di New York, secara rutin mengadakan Indonesian Food Bazaar (IFB) di sebuah gedung komunitas St. James Parish House, New York.
Kini setiap bulan pada minggu pertama hari Sabtu, sekitar 10 vendor penjaja makanan Indonesia berjualan di sana. Para pelanggannya sudah terlanjur menyukai masakan Indonesia, katanya kepada Seleb.News.
Fefe juga membuka kesempatan bagi seluruh vendor Indonesia untuk bergabung dalam New York-Indonesia Food Bazaar itu.
“Sejauh mereka mau berusaha dalam bidang kuliner untuk mempromosikan Indonesia. Karena bukanya bazaar di New York, jadi kami namakan New York-Indonesia Food Bazaar”.
Setelah bazaar makanan Indonesia itu berjalan dua tahun, Fefe kemudian membentuk organisasi nirlaba dan siapa pun bisa menjadi anggota.
“Karena vendor-vendor itu kan harus ditampung, makanya saya membentuk ICE yaitu Indonesian Culinary Enthusiast (ICE). Jadi buat orang-orang yang antusias untuk mempromosikan kuliner Indonesia. Dari organisasi ICE ini, kami membuat acara-acara di jalanan.”
Hujan gerimis ikut membayangi Indonesian Street Festival waktu itu. Namun para vendor menganggapnya sebagai berkah. Terutama vendor yang menjajakan bakso hangat, seperti Yen Yen, 41, yang baksonya terjual laris.
“Minat masyarakat New York itu luar biasa, di tengah hujan tetapi masih menyempatkan diri untuk datang dan juga erpartisipasi menghadiri acara ini, sungguh di luar dugaan. Setahu saya tanggapannya positif ya, karena mereka semua membeli (bakso) untuk yang ke dua kalinya.”
Perempuan asal Surabaya yang tinggal di Philadelphia itu merintis bisnisnya yang diberi nama “Bakso Super Philly” sejak tahun 2012. Yen Yen hampir selalu mengikuti berbagai festival Indonesia, antara lain di Boston, New York, Washington DC sampai ke New Hampshire.
“Tujuan saya mengikuti berbagai festival di luar negara bagian, karena kami ingin memperkenalkan bisnis bakso kami kepada masyarakat di luar Philadelphia”, tambahnya.
ISF tahun 2023 ini mengambil tema, Indonesia Spice Islands yang berfokus pada hidup sehat dengan menampilkan tempe dan jamu.
Makanan Indonesia yang makin dikenal khususnya di kota New York, menurut Fefe, berkat kerja keras diaspora Indonesia dan pihak KJRI mempromosikan kuliner Indonesia, maka publik Amerika – khususnya di New York – mulai mengenal dan menyukai makanan khas Indonesia.
Ditanya mengenai rencana selanjutnya, Konjen RI di New York, Winanto Adi yang sebelumnya menjabat Koordinator Fungsi Ekonomi mengatakan:
“Tahun depan kita memperingati 75 tahun hubungan Indonesia dan AS, kami ingin untuk semakin mengembangkan promosi terpadu di NY ini, karena sebelum ISF, KJRI New York juga menyelenggarakan Festival Film Indonesia (FFI). Arahan dan masukan dari Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Parekraf), Sandiaga Uno adalah bagaimana promosi terpadu ini bisa dijadikan satu yang meliputi promosi kuliner, performing art, film, fashion serta musik. Tahun depan kami berencana untuk membesarkan ISF.”
Kebetulan pada waktu itu, ISF dihadiri oleh tiga menteri dari Indonesia yang sedang mengikuti Sidang Umum PBB di New York, di antaranya Menteri Luar Negeri RI, Retno Marsudi dan Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sandiaga Uno.
Dalam Festifal Jalanan di New York itu, Indonesia juga menampilkan berbagai acara kesenian, antara lain dari Elfa’s Singer, Balawan Gamelan Fusion, Dangdut in Amerika dan tarian Ratoh Jaroe dari Saung Budaya.
Selama beberapa dasawarsa, New York merupakan pintu masuk utama bagi sebagian besar imigran yang tiba di AS. Oleh karena itu kota New York menjadi lingkungan unik berkembangnya multi budaya, termasuk Indonesia. [ps/em]
[ad_2]