[ad_1]
Kepala Koordinator Kemanusiaan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) Martin Griffiths mengatakan pada Jumat (5/1) bahwa tiga bulan setelah perang Israel di Jalur Gaza, wilayah tersebut menjadi tidak layak dihuni dan para pekerja bantuan dihadapkan pada “misi mustahil” untuk membantu lebih dari 2 juta orang.
“Perang ini seharusnya tidak pernah dimulai. Namun perang ini sudah berlangsung terlalu lama,” kata Griffiths dalam sebuah pernyataan mengenai konflik Gaza yang telah berlangsung selama tiga bulan.
“Kami terus menuntut agar perang segera diakhiri, tidak hanya bagi masyarakat Gaza dan negara-negara tetangganya yang terancam, tetapi juga bagi generasi mendatang yang tidak akan pernah melupakan 90 hari hidup seperti di neraka, serta serangan-serangan yang melanggar prinsip-prinsip dasar kemanusiaan,” tegasnya.
Perang di Gaza, yang dipicu oleh serangan teror kelompok militan Hamas pada tanggal 7 Oktober di Israel yang menewaskan sekitar 1.200 orang dan sekitar 240 orang lainnya disandera, telah menyebabkan situasi kemanusiaan yang mengerikan di Gaza. Kementerian Kesehatan yang dikelola Hamas mengatakan bahwa lebih dari 22.000 warga Palestina telah menjadi korban tewas dan hampir 60.000 orang lainnya mengalami luka-luka. PBB mengatakan 1,9 juta orang lainnya terpaksa mengungsi.
“Sudah waktunya bagi para pihak untuk memenuhi seluruh kewajiban mereka berdasarkan hukum internasional, termasuk melindungi warga sipil dan memenuhi kebutuhan penting mereka, dan segera membebaskan semua sandera,” kata Griffiths.
Dia menambahkan bahwa badan-badan kemanusiaan harus bekerja dalam kondisi yang menantang dan berbahaya.
“Para pekerja kemanusiaan dihadapkan pada misi mustahil untuk membantu lebih dari 2 juta orang, bahkan ketika staf mereka sendiri terbunuh dan terpaksa mengungsi, karena pemutusan komunikasi terus berlanjut, jalan-jalan rusak dan konvoi ditembaki, dan pasokan komersial sangat penting untuk bertahan hidup hampir tidak ada.”
Setidaknya 142 anggota staf dari badan PBB yang menyalurkan bantuan kemanusiaan untuk warga Palestina, UNRWA, tewas dalam konflik tersebut, banyak di antaranya meninggal bersama anggota keluarga mereka.
Anak-anak terjebak dalam ‘mimpi buruk’
Badan anak-anak PBB, UNICEF, mengatakan pada Jumat (5/1) bahwa konflik yang semakin intensif, kekurangan gizi, dan penyebaran penyakit mengancam lebih dari 1,1 juta anak di Gaza.
“Anak-anak di Gaza terjebak dalam mimpi buruk yang semakin memburuk dari hari ke hari,” kata Catherine Russell, direktur eksekutif UNICEF, dalam sebuah pernyataan.
Dia menggarisbawahi bahwa anak-anak dan keluarga terus terbunuh dan terluka, dan hidup mereka semakin berisiko akibat penyakit yang dapat dicegah serta kekurangan makanan dan air.
“Semua anak-anak dan warga sipil harus dilindungi dari kekerasan dan memiliki akses terhadap layanan dan pasokan dasar,” tandasnya. [pp/ft]
[ad_2]