[ad_1]
Insiden kebencian anti-Muslim di Inggris meningkat lebih dari tiga kali lipat setelah perang antara Israel dan Hamas pecah, demikian hasil pengamatan Tell MAMA yang disampaikan pada Kamis (22/2).
Organisasi pemantau itu mencatat sebanyak 2.010 kasus anti-Muslim yang terjadi dalam empat bulan sejak serangan mematikan Hamas terhadap Israel pada 7 Oktober yang memicu konflik. Angka tersebut merupakan jumlah kasus terbesar yang tercatat dalam empat bulan, ungkap pernyataan organisasi itu, yang dibentuk untuk memantau dan melaporkan insiden tersebut.
Angka terbaru itu naik dari 600 insiden pada periode yang sama pada 2022-2023, atau meningkat sebesar 335%.
“Kami sangat prihatin atas dampak perang Israel dan Gaza terhadap kejahatan rasial dan kohesi sosial di Inggris,” kata direktur Tell MAMA, Iman Atta.
“Meningkatnya kebencian anti-Muslim ini tidak dapat diterima dan kami berharap para pemimpin politik bersuara untuk menyampaikan pesan yang jelas bahwa kebencian anti-Muslim, seperti antisemitisme, tidak dapat diterima di negara kita.”
Tell MAMA menyebutkan sebanyak 901 kasus terjadi secara offline dan 1.109 kasus lainnya terjadi di ranah dunia maya.
Organisasi itu menambahkan bahwa sebagian besar insiden offline terjadi di ibu kota Inggris, London. Insiden tersebut mencakup perilaku kasar, ancaman, penyerangan, vandalisme, diskriminasi, ujaran kebencian, dan literatur anti-Muslim. Dalam 65% kasus, yang menjadi sasaran adalah perempuan, kata organisasi itu.
Awal bulan ini, badan amal Yahudi melaporkan bahwa insiden anti-Yahudi di Inggris mencapai rekor tertinggi pada tahun lalu, dengan lonjakan besar setelah serangan Hamas.
Community Security Trust (CST), yang memantau antisemitisme di Inggris, mencatat 4.103 “insiden kebencian anti-Yahudi” pada 2023, yang menjadi penghitungan tahunan tertinggi sejak mereka mulai menghitungnya pada 1984. Jumlah tersebut mewakili peningkatan 147% dari 1.662 insiden yang tercatat pada 2022.
Serangan Hamas mengakibatkan kematian sekitar 1.160 orang di Israel, sebagian besar di antaranya adalah warga sipil, menurut penghitungan kantor berita AFP berdasarkan angka resmi Israel.
Sebagai balasan terhadap Gaza, invasi dan kampanye militer Israel yang masih berlangsung hingga kini, telah menewaskan sedikitnya 29.410 orang, dan sebagian besar adalah perempuan dan anak-anak, menurut angka terbaru dari kementerian kesehatan di wilayah yang dikuasai Hamas itu. [ka/jm]
[ad_2]