Festival Apem Semarakkan Tradisi Ruwahan

Avatar photo

- Pewarta

Senin, 11 Maret 2024 - 06:37 WIB

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Festival Apem Semarakkan Tradisi Ruwahan

[ad_1]

Rasanya yang gurih dan manis membuat apem populer, khususnya bagi masyarakat Jawa Tengah. Kue berbentuk bundar yang dibuat dari tepung beras ini bisa didapat dengan mudah di pasar-pasar atau toko-toko jajanan tradisional.

Nilai filosofi

Begitu populernya apem, penganan itu menjadi pelengkap dalam tradisi ruwahan di mana orang berkumpul dan mengenang leluhur kemudian saling berbagi makanan.

Kini, banyak orang yang tidak tahu sejarah apem, dan mengapa kue itu selalu tersedia dalam tradisi ruwahan, kata KRT Widyacandra Ismayaningrat. Ketua Kelompok Sadar Wisata Hudanyasari di Kemantren Kraton Yogyakarta ini menjelaskan kaitan tradisi ruwahan dan festival apem: “Apem dari kata ampunan, di mana kita diminta agar selalu meminta maaf kepada Tuhan dan mendoakan leluhur kita agar diampuni kesalahannya pada masa lalu.”

KRT Widyacandra Ismayaningrat, Ketua Kelompok Sadar Wisata Hudanyasari di Kemantren Kraton Yogyakarta (kanan dengan lurik) pada upacara tradisi ruwahan (foto: courtesy)

Widyacandra menambahkan bahwa sebenarnya tidak hanya apem yang disajikan, tetapi juga ketan dan kolak.

“Ketan dari kata “keraketan” atau kedekatan. Itu simbol dari silaturahim. Kemudian kolak, dari bahasa Arab, akhlak, mulia, supaya kita selalu mengingat apapun yang telah dilakukan oleh pendahulu kita, agar kita hormati.”

Wahana Pariwisata

Mengingat Yogyakarta adalah salah satu daerah tujuan wisata, pemerintah daerah kota Yogyakarta memanfaatkan ruwahan sebagai tradisi yang masuk ke agenda pariwisata. Awal Maret lalu, mereka menggelar Festival Apem selama dua hari.

Kepala Dinas Pariwisata kota Yogyakarta, Wahyu Hendratmoko mengatakan bahwa Yogyakarta menyimpan ritual, adat istiadat, dan budaya leluhur yang berlangsung secara turun-menurun.

“Mereka konsisten melakukan itu secara massal. Jadi, masyarakat melaksanakan kegiatan ruwahan apem. Nah, acara ini bisa mengangkat potensi kota Yogyakarta yang bersumber dari budaya maupun seni,” ujarnya.

Wahyu menambahkan peristiwa budaya semacam ini bisa menjadi daya tarik wisatawan, terutama wisatawan asing. Karenanya, panitia Festival Apem mengambil tempat acara di lingkungan Pasar Kembang yang langsung menembus jalan ikonik, Malioboro.

Kepala Dinas Pariwisata Yogyakarta, Wahyu Hendratmoko membuka Festival Apem (foto: courtesy)

Kepala Dinas Pariwisata Yogyakarta, Wahyu Hendratmoko membuka Festival Apem (foto: courtesy)

“Masing-masing kampung mengeluarkan tidak hanya gunungan, tetapi juga model (tumpukan apem) yang dipikul dan membawa tambir yang berisikan apem. Kue bundar itu kemudian dibagikan ke tamu-tamu hotel. Ada 11 hotel yang dilewati, dan (tamu-tamu) juga menonton arak-arakan itu. Mereka sangat antusias berebut apem yang sudah dimasak oleh warga dan didoakan dalam kenduri.”

Selain Festival Apem, dalam kalender pariwisata Yogyakarta juga mencatat adanya festival-festival lain yang telah disusun dalam setahun, di antaranya Festival Topeng.

Gunungan apem, ketan dan kolak dikirab melalui 11 hotel di kawasan Malioboro, Yogyakarta. (foto: courtesy)

Gunungan apem, ketan dan kolak dikirab melalui 11 hotel di kawasan Malioboro, Yogyakarta. (foto: courtesy)

Sementara bagi KRT Widyacandra yang setiap tahun terlibat dalam upacara tradisional di Kadipaten Kraton Yogyakarta mengatakan, ratusan apem dirangkai dan digantungkan ke bentuk gunungan apem yang kemudian dikirab (diarak) di wilayah itu. Apem kemudian dibagikan ke masyarakat. Ia menjelaskan filosofi apem:

“Apem yang bulat mewujudkan tekad supaya masih punya semangat untuk melakukan semua ajaran yang ada. Gunungan sendiri juga melambangkan keesaan, bentuknya yang meruncing ke atas berarti untuk Tuhan Yang Maha Esa.”

Seribu apem

Festival Apem untuk tradisi ruwahan melibatkan masyarakat dan bahkan wisatawan asing. Mereka ikut mencicipi dan mencoba memasak apem.

Rilisbisnis.com mendukung program publikasi press release di media khusus ekonomi & bisnis untuk memulihankan citra yang kurang baik ataupun untuk meningkatan reputasi para pebisnis/entrepreneur, korporasi, institusi ataupun merek/brand produk.

Tri Wahyu Widayati, 64, yang akrab dipanggil Bu Yayuk, sudah 46 tahun ini membuat penganan pelengkap tradisi ruwahan: apem, ketan dan kolak. Ia mengatakan kepada Seleb.News: “Kebetulan ibu saya menerima katering, termasuk yang spesial yaitu apem. Saya lanjutkan usahanya setelah dia meninggal. Saya pernah mendapat pesanan dalam sehari, sebanyak seribu apem, untuk 200 kotak. Jadi, satu kotaknya masing-masing berisi 5 apem, satu ketan dan kolak.”

Tri Wahyu (bu Yayuk), sudah 46 tahun membuat apem (foto: courtesy)

Tri Wahyu (bu Yayuk), sudah 46 tahun membuat apem (foto: courtesy)

Puluhan tahun berkecimpung dalam tradisi tersebut, membuat Bu Yayuk memahami perbedaan antara kue apem untuk pesanan dari Kraton Yogyakarta dan untuk masyarakat kebanyakan. Untuk Kraton, kata Bu Yayuk, ia menggunakan resep tradisional yaitu adonan tanpa telur dan tanpa gula pasir. Biasanya memakai gula Jawa. Sedangkan pesanan untuk masyarakat, adonan dicampur telur, mentega dan gula pasir, sehingga menurutnya lebih enak, apalagi jika untuk dijual.

Seorang warga kota Yogyakarta, Theodora Lani mengungkapkan bahwa sewaktu kecil, dia akrab dengan apem. “Saya suka kue ini karena memiliki tekstur lembut dan kenyal dengan rasa manis. Biasanya masyarakat Jawa membuat apem sebelum puasa. Tapi kalau sehari-harinya kue ini bisa ditemui di pasar atau di toko roti yang menjual kudapan.”

Tradisi warga masyarakat membuat apem bersama (foto: courtesy)

Tradisi warga masyarakat membuat apem bersama (foto: courtesy)

Danang Budi Santoso dari Karanganyar, Jawa Tengah, juga mengingat apem sebagai pelengkap tradisi ruwahan.

“Kalau ruwahan, di kampung saya namanya megengan, itu bikin apem dan biasanya menjelang bulan Ramadan. Apemnya dibawa ke masjid untuk dibagikan. Nah, anak-anak menyukai (ruwahan) karena ada apemnya itu. Kalau saya pribadi masih terkesan apem itu karena megengan atau ruwah tadi.”

Ruwahan bertujuan mendoakan agar dapat menjalani bulan suci Ramadan tanpa tergoda hal-hal negatif hingga hari Lebaran tiba. Kegiatan membagikan makanan dalam bentuk kue apem, kolak dan ketan adalah bentuk sedekah dan kedekatan antarmasyarakat. [ps/ka]

[ad_2]

Berita Terkait

Lesti Kejora dan Rizky Billar Sambut Kelahiran Anak Kedua di Brawijaya Hospital Duren Tiga
Taufiq Hermawan alias Altaf Vicko Jadi Tersangka, Selebgram Shahnaz Anindya Alami KDRT Psikis dari Suaminya
Kasus Siskaeee Dkk, Polda Metro Limpahkan Berkas 12 Orang Tersangka Produksi Film Porno ke Kejati DKI
Paus akan ke Indonesia, Singapura, Timor-Leste, Papua Nugini pada 2-13 September
Lindungi Remaja dan Lawan “Sextortion,” Instagram Buat Fitur Baru yang Kaburkan Konten “Telanjang”
Wadah Makanan Ramah Lingkungan Bantu Tekan Polusi Plastik
Gereja Katolik Portugal Setujui Kompensasi Korban Pelecehan Seksual
Protes di Swedia pasca Penembakan oleh Geng Remaja

Berita Terkait

Kamis, 6 Februari 2025 - 16:38 WIB

OMG Entertainment dan Yasmara Bawa Grease The Musical ke Jakarta: Produksi Teater Kelas Dunia

Jumat, 15 November 2024 - 19:09 WIB

Konser X.02 Hadirkan Irama Koplo dan Kebersamaan di Bekasi, Jangan Sampai Ketinggalan!

Rabu, 18 September 2024 - 15:43 WIB

Polisi Panggil Artis Nikita Mirzani Sebagai Pelapor dalam Kasus Dugaan Percabulan dan Aborsi Putrinya

Rabu, 11 September 2024 - 20:11 WIB

Pesta Semalam Minggu Vol.5: Tribute Didi Kempot Hadirkan Penampilan Mr. Jono & Joni, Sandy Ria Ervinna & Tiket Presale

Senin, 9 September 2024 - 00:19 WIB

Penampilan Spesial Yura Yunita dan Siti Nurhaliza Siap Hiasi Konser John Legend 6 Oktober Mendatang!

Sabtu, 7 September 2024 - 03:45 WIB

Konser John Legend di Sentul: Semua yang Perlu Kamu Ketahui Tentang Harga Tiket, Penjualan, dan Kategori Kursi

Selasa, 27 Agustus 2024 - 12:55 WIB

BNSP dan LSP Musik Indonesia Sertifikasi 37 Musisi, Termasuk Komponis dan Penyanyi Terkenal, dalam Acara Sertifikasikan Profesimu 2024

Minggu, 25 Agustus 2024 - 20:34 WIB

Bandung Siap Bergoyang di Now Playing Festival 2024: Hindia, Nadin Amizah, dan NDX AKA Meriahkan Panggung

Berita Terbaru