[ad_1]
Beberapa rumah sakit di Korea Selatan menolak sejumlah pasien dan menunda jadwal pembedahan, Selasa (20/2) ketika ratusan dokter magang mogok kerja dalam sebuah protes menolak reformasi pelatihan medis.
Hampir 6.500 dokter mengajukan pengunduran diri mereka, hampir setengah dari tenaga kerja kuda di bidang kesehatan dan 1.600 lainnya meninggalkan tugas mereka, menurut angka yang disampaikan kementerian kesehatan.
Tetapi presiden Korea Selatan, Yoon Suk Yeol mengatakan, pemerintah tidak akan mundur terkait reformasi “penting”, yang dia gambarkan sebagai langkah-langkah utama untuk bersiap dalam melayani populasi negara itu yang cepat menua.
Reformasi pelatihan ini meminta peningkatan hingga 65 persen jumlah mahasiswa yang masuk ke perguruan tinggi kesehatan, tambahan 2 ribu mahasiswa per tahun, dimulai pada 2025.
Korea Selatan mencoba untuk meningkatkan penerimaan di perguruan tinggi kesehatan selama 30 tahun ini dan tidak berhasil, kata presiden. Dia juga menambahkan bahwa negara itu berada pada titik di mana “kita tidak bisa bertahan pada kegagalan yang lain”.
“Peningkatan penerimaan mahasiswa kedokteran ini masih jauh berada di bawah angka kebutuhan untuk menyiapkan masa depan negara kita,” kata dia sambil meminta dokter untuk tidak “menyandera kehidupan dan kesehatan masyarakat” melalui mogok kerja.
Pemerintah telah meminta para dokter untuk kembali bekerja, dan polisi memperingatkan akan melakukan penangkapan terhadap pihak yang menghasut pemogokan kerja itu. Hukum di Korea Selatan membatasi kesempatan bagi tenaga kesehatan untuk mogok kerja.
Wakil Kedua Menteri Kesehatan, Park Min-soo mengatakan kepada para jurnalis bahwa pemogokan ini telah menyebabkan pembatasan operasi pembedahan dan gangguan layanan kesehatan.
Prioritas utama pemerintah adalah “mengelola layanan gawat darurat medis dan perawatan untuk kasus-kasus serius di rumah sakit besar,” kata dia, untuk “menghindari situasi di mana pasien dengan kondisi yang serius tidak dapat mengakses perawatan”.
Rumah sakit pusat Asan di Seoul, salah satu rumah sakit umum terbesar di negara itu, mengatakan kepada kantor berita AFP bahwa instalasi gawat darurat beroperasi normal pada Selasa, tetapi “sejumlah penyesuaian” telah dilakukan.
“Beberapa tindakan operasi telah ditunda karena situasi yang berkembang,” kata humas rumah sakit tersebut. [ns/lt]
[ad_2]