[ad_1]
Beijing pada hari Selasa (7/11) mengonfirmasi bahwa ada korban di pihak China setelah kelompok-kelompok etnis bersenjata yang melawan junta Myanmar merebut pos-pos terdepan di utara negara itu di sepanjang perbatasan dengan China.
Juru bicara Kementerian Luar Negeri China Wang Wenbin tidak mengatakan apakah warga China itu terbunuh atau terluka, atau di mana tepatnya insiden itu terjadi.
Media lokal di Myanmar melaporkan pada hari Sabtu bahwa seorang warga negara China tewas dan dua lainnya terluka setelah militer menembaki kota Laiza, yang menjadi markas besar kelompok etnis bersenjata Tentara Kemerdekaan Kachin.
Laporan tersebut mengatakan sebuah selongsong peluru telah mendarat di sisi perbatasan China.
Pada hari Selasa, Wang mengatakan Beijing “menyatakan ketidakpuasan yang kuat terhadap meningkatnya konflik bersenjata dan jatuhnya korban jiwa pada personel China”.
China, katanya, “telah mengajukan protes serius kepada pihak-pihak terkait” dan “sangat memperhatikan situasi konflik di Myanmar utara”.
“China sekali lagi menuntut agar semua pihak yang terlibat konflik di Myanmar utara segera melakukan gencatan senjata,” kata Wang.
Mereka harus “mengambil langkah-langkah realistis untuk mencegah terulangnya insiden yang membahayakan nyawa dan harta benda orang-orang di wilayah perbatasan China,” katanya.
Beijing, katanya, akan mengambil “langkah-langkah yang diperlukan untuk melindungi kehidupan dan harta benda warganya.”
China sejak pekan lalu menyatakan keprihatinannya atas meningkatnya pertempuran di dekat perbatasannya dengan Myanmar.
Diplomat senior China Nong Rong mengunjungi negara itu dari Jumat hingga Minggu dan bertemu dengan beberapa pejabat senior junta pada akhir pekan, mendesak Myanmar untuk “bekerja sama” dalam menjaga stabilitas di perbatasan bersama mereka.
Ia juga mendesak junta untuk “dengan sungguh-sungguh memastikan keselamatan nyawa dan harta benda penduduk daerah perbatasan China, dan mengambil langkah-langkah efektif untuk memperkuat keamanan personel, institusi-institusi, dan proyek-proyek China di Myanmar,” kata Kementerian Luar Negeri China.
Sejak melancarkan serangan gabungan pekan lalu Tentara Aliansi Demokratik Nasional Myanmar (MNDAA), Tentara Pembebasan Nasional Ta’ang (TNLA) dan Tentara Arakan (AA) mengatakan mereka telah merebut puluhan pos militer di negara bagian Shan.
TNLA mengatakan di saluran medianya pada hari Selasa bahwa mereka hampir menguasai sepenuhnya kota Namhkam di perbatasan China.
Sejak Sabtu, militer Myanmar belum menanggapi permintaan komentar berulang kali mengenai kemajuan pertempuran di negara bagian Shan.
Di pusat perdagangan Muse, sekitar 25 kilometer dari Namhkam, koneksi internet dan telepon sebagian besar terputus, kata seorang penduduk kepada AFP, yang meminta tidak disebutkan namanya karena alasan keamanan.
“Perdagangan perbatasan dihentikan sepenuhnya,” kata mereka. “Kami sudah lama kehilangan kontak dengan Namkham. Ada pertempuran di kota-kota lain dekat Muse”. “Kami tidak tahu kapan giliran kami tiba. Masyarakat hidup dalam ketakutan,” kata mereka. [ab/uh]
[ad_2]